Saatnya, belajar jadi anak kecil

Yang umum adalah anak kecil belajar dari orang dewasa. Tapi, ternyata banyak hal yang bisa kita pelajari dari seorang anak kecil.

 

Yang paling menyenangkan bagi orangtua, apalagi kalau bukan melihat anak-anaknya bahagia. Bermain bebas dan tertawa renyah, memeluk manja sambil bilang: I love you Mom!. That’s it, kepolosan di mata mereka itu lah yang membuat saya iri. Mereka tersenyum lepas, tanpa harus berfikir apakah senyumnya lebih bagus dari angle kiri atau kanan. Mereka membantu mengambilkan barang karena mereka memang mau membantu dan bangga karenanya. Mereka memeluk karena mereka tau hal itu yang membuat mereka nyaman.

 

Semua berjalan melalui prosesnya. Dari bayi dilahirkan menjadi anak-anak, kemudian abg, remaja dan menjadi dewasa. Kadang kala merasa dewasa membuat kita lupa bahwa kita dulunya hanya seorang bayi. Merasa sudah tau terlalu banyak, dan kemudian sok tau.

 

Cuma mau cerita, kemarin, I have a date berdua sama Cipa di Aeon Mall, mall kekinian masa kini. Halah.   Dan saya belajar banyak dari kejadian kemarin.

 

Kami ke playground.Tadinya niatnya saya mau biarkan dia main sendiri di playground sambil browsing2 main HP di luar. Tapi kali ini, peraturan di playground bilang anak dibawah umur 12 tahun harus didampingi. Baiklah, beli kaos kaki dan akhirnya saya ikutan masuk. Cipa kegirangan. Dia membayangkan mamanya akan menemaninya ber-trampoline ria… Baiklah, saya masuk ke perosotan, main bola bersama. Cipa mengajak saya melompat-lombat dan main perosotan… Oh My.. badan ini berat bener rasanya, melihat wajahnya yang berbinar-binar akhirnya saya turutin… melompat sana sini demi menyenangkan hati buah hati.. Dia tertawa melihat saya melompat dengan gaya yang lucu menurutnya.. Saya kembali berfikir, emang gaya saya kayak gimana, mungkin seperti badak yang main trampolin.. Terlalu banyak berfikir hingga gaya melompat pun saya atur biar ga selucu itu… Oh damn! Saat itu saya benci menjadi dewasa… Terlalu banyak berfikir dan jaim. Entah mengapa harus jaim padahal orang-orang dewasa di sekeliling saya hanya  para baby sitter.. palingan juga dikira babysitter…

 

 

Berhubung umur ga bisa boong, akhirnya saya kelelahan. Sambil keheranan dari mana batre nya Cipa? Perasaan tadi makannya banyakan saya daripada dia, plus saya membantu menghabiskan makanan di piringnya. (Mungkin itu yang membuat saya seperti badak *mengikiki diri sendiri…)

 

Anak-anak, energinya luar biasa. Sebenarnya saya menyadari karena happy itulah yang membuat energinya anak-anak menjadi luar biasa. Entah berapa seringnya saya merasa kelelahan luar biasa di kantor, padahal tidak jumpalitan bermanuver seperti Cipa di trampoline. Ah, mungkin saya melakukannya alpa rasa bahagia.

 

Cipa bilang dia masih mau main yang lain… OK, saya mengizinkan dan menunggu di pinggiran ring mandi bola… Sebelumnya saya berpesan, “Nak, Try to make a new friend yah… You can make a friend everywhere you go..!” Well, saya sering mengucapkan kalimat itu karena ketakutan saya, Cipa yang masih  semata wayang nantinya kesepian kalau saya atau papanya tidak disampingnya. Doktrin itu perlu saya tanamkan.Saya pun terus memperhatikannya dari kejauhan…

 

Cipa terus main perosotan, sesaat dia berhenti, memperhatikan anak perempuan yang lebih besar dari dia mengancang-ancang hendak meluncur… dia tepuk tangan melihat anak perempuan itu merosot dengan kencang, memberikan pujian dengan tulusnya betapa hebatnya anak itu,  dia pun tertawa, mereka berlomba naik tangga dan merosot bersama… dari kejauhan terdengar ketawa kecil mereka… terus entah apa yang mereka bicarakan, mereka tertawa-tawa bahagia…

 

And then, Cipa mendatangi saya, “Ma, I have a new friend, her name is Gloria.. Can I play with her?”. Saya tersenyum dan menjawab.. “Sure, you can play with her, but don’t play too far..” Cipa tersenyum dan berlari kembali main dengan Gloria… Saya bangga Cipa bisa make a move, lebih berani dan percaya diri.

 

Saya tersenyum, karena melihat mereka berdua main dengan asiknya, bermain peran dengan serunya. Sampai waktu bermainnya Gloria habis dan dia keluar dari area permainan. Cipa menyamperi saya kembali, melaporkan Gloria sudah pulang. Ada semburat kekecewaan di wajahnya, mungkin dipikirnya berarti dia harus mencari teman baru lagi. Saya pun kemudian menemaninya bermain lagi sampai waktu bermainnya habis.

 

Keluar dari area permainan, saya tanya Cipa, “Kog bisa kenalan sama Gloria?”. Cipa menjawab dengan sederhana, “Oh.. Cipa cuma tanya, Halo! Namaku Cipa, nama kamu siapa?” Yak. sesederhana itu ternyata. Dan mereka pun main bersama tanpa kecurigaan.

 

Cipa bilang, “Ma, mama tau ga agamanya Gloria apa?”.. Well, agak heran juga kenapa dia baru kenal dah nanya-nanya agamanya apa, “Soalnya tadi Gloria nanya, agama Cipa apa, trus Cipa bilang kalo Cipa agamanya Islam. Gloria agamanya Budha loh, Ma!. Hore,  Seru banget! sekarang Cipa punya teman agamanya Budha. Seruni dan Chrystel Kristen, Dina Hindu, sekarang Cipa punya teman agamanya Budha, yang belum punya yang agamanya Kong Hu Chu… “.

 

Saya tersenyum, ternyata dia mengingat pelajarannya dengan baik, dan mempraktekkannya dengan baik pula. Berhubung sekolahnya adalah sekolah Islam yang seluruh muridnya Islam tentu susah buat dia mencari contoh nyata. Untung saya masih tinggal di lingkungan yang cukup majemuk. Sangat penting buat saya Cipa bisa bergaul dengan siapa saja, karena dunia ini begitu luas. And Cipa harus bisa beradaptasi dengan baik.

“Yes Nak, di dunia ini Allah menciptakan manusia berbeda-beda. Cipa bakal ketemu banyak orang yang berbeda. Beda agama, beda pendapat, beda baju, beda bahasa, but, you still can be a nice friend and play with them… It doesn’t matter how different you are.. you can still play together, right?”.

 

Cipa mengangguk setuju. Dan dia bertanya kembali, “Do you make a friend today, Mom? Kog dari tadi Mama cuma duduk ngeliatin Cipa ajah?”..

Dan,Saya pun tertampar.

Kapan saya terakhir berkenalan karena kebetulan bertemu, tersenyum dengan orang yang tidak saya kenal, mendapat teman baru? Apa karena takut di bilang sok akrab? Penuh curiga? Dikira orang gila senyum-senyum sendiri? Apa karena sibuk dengan teman-teman di dunia maya? Karena mereka berbeda? Karena di sekeliling saya hanya babysitter? Sok tau ngajarin tapi lupa jarang dipraktekin. Ah, Damn! Dunia orang dewasa memang kompleks.  Saya cuma bisa tersenyum.. “Ah iyah, Mama tadi sibuk liatin Cipa… takut Cipa ilang… ”

 

Oh Nak, ternyata bukan Mama yang hari ini ngajarin kamu. Tapi kamu yang ngajarin Mama: how simple the life is. Teruslah semurni dan sepolos ini. Bertemanlah yang banyak, dan baik-baiklah berteman.

Di mobil saya bilang, “Cipa, You know what?  I love you to the moon and back”. Dan  Cipa pun membalas.. “I love you more. I love you to the sun and back..”

Ah Nak, That’s why you always warming my heart. Next time, ajarin Mama lagi yah.. Terimakasih untuk kencan yang indah kemarin. Mama pingin kencan terus sama kamyuuuu….